Masih ingatkah kita akan seorang remaja yang ikut berbaris di antara kaum muslimin yang tengah bersiap siap menuju medan Uhud. Namanya Zaid bin Tsabit. Usianya baru 13 tahun, menenteng pedang yang panjangnya hampir sama dengan ukuran tinggi badannya. Remaja yang sangat bersemangat ini membuat hati Rasulullah bahagia, tapi kemudian Rasulullah mengatakan kepadanya, “Engkau masih terlalu muda, pulanglah.” Maka pulanglah remaja ini dengan sedikit kecewa. Singkat cerita, karena kecerdasannya suatu hari Rasulullah berkata kepadanya, “Pelajarilah kitab Yahudi, sesungguhnya mereka tidak percaya dengan apa yang aku bawa dan apa yang aku katakan kepada mereka.” Kemudian iapun menguasai bahasa Ibrani bahkan Suryani. Hingga di kemudian hari ia menjadi penerjemah Nabi dan salah satu sahabat yang berjasa besar dalam membukukan Al-Qur’an.
Tentunya kita juga masih ingat akan seorang anak muda yang dijuluki dengan “Kesayangan Putra Kesayangan”. Dialah Usamah bin Zaid bin Haritsah. Putra dari anak angkat Rasulullah yang sangat disayanginya. Usianya masih 18 tahun, tapi Rasulullah mempercayakannya untuk memimpin pasukan besar yang terdiri dari sahabat-sahabat besar untuk berperang berhadapan dengan pasukan Romawi yang secara matematis lebih kuat daripada pasukan Muslimin.
PENDIDIKAN (ISLAM) KADERISASI REGENERASI
Dalam term pendidikan secara umum, pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses pewarisan budaya dari masyarakat yang lebih tua kepada anggota masyarakatnya yang lebih muda. Adapun budaya adalah istilah umum karena mencakup segalanya yang ada di masyarakat yang bersangkutan. Apakah itu nilai-nilai hidup atau bahkan norma-normanya hingga filosofi hidup yang dianut. Demikian halnya dengan pendidikan Islam. Perbedaannya adalah sumber yang diambil sebagai budaya. Adapun Islam mengambil budayanya bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits.
Mengingat kembali dua kisah di pendahuluan, atau bahkan mungkin tarikh sahabat-sahabat lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan, maka kiranya kita harus mengatakan bahwa pendidikan Islam sejak zaman diturunkannya Al-Qur’an adalah pendidikan regenerasi dan kaderasi. Jika Rasulullah memproyeksikan Zaid bin Tsabit untuk masa depan Islam dan memberikannya peran secara maksimal untuk Islam dan masyarakatnya bahkan setelah Rasulullah wafat, maka penunjukkan Usamah bin Zaid bin Haritsah adalah sebuah sinyalemen dan petunjuk dari beliau bahwa memang keberlangsungan budaya sebuah masyarakat (eksistensi Islam) tidak selamanya digantungkan pada generasi masyarakat yang sudah lanjut usia secara keseluruhan dan selayaknya generasi yang lebih muda diberikan peranan. Terlebih lagi ternyata penunjukkan Usamah sebagai panglima perang di saat menjelang wafatnya Rasulullah. Hingga Rasulullah bersikeras untuk yang satu ini, bahkan Khalifah Abu Bakr Ash Shidiq tetap melanjutkan misi Rasulullah ini setelah wafatnya beliau.
Sebagai penutup. Patutlah kiranya kira merenungkan bahwa apakah pendidikan (Islam) kita adalah pendidikan yang sebagaimana Rasulullah contohkan, atau mungkin hanya sekadar hampir menyerupai pendidikan Rasulullah.
Dus, pendidikan Islam adalah proses kaderisasi regenerasi. Kaderasi Regenerasi, karena sejatinya pendidikan adalah sebuah proyek besar keberlangsungan masyarakat dan pendidikan Islam adalah sebuah proyek keberlangsungan umat
.
Wallahu ‘alam bish showab
Batang, 16 Mei 2015
Tentunya kita juga masih ingat akan seorang anak muda yang dijuluki dengan “Kesayangan Putra Kesayangan”. Dialah Usamah bin Zaid bin Haritsah. Putra dari anak angkat Rasulullah yang sangat disayanginya. Usianya masih 18 tahun, tapi Rasulullah mempercayakannya untuk memimpin pasukan besar yang terdiri dari sahabat-sahabat besar untuk berperang berhadapan dengan pasukan Romawi yang secara matematis lebih kuat daripada pasukan Muslimin.
PENDIDIKAN (ISLAM) KADERISASI REGENERASI
Dalam term pendidikan secara umum, pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses pewarisan budaya dari masyarakat yang lebih tua kepada anggota masyarakatnya yang lebih muda. Adapun budaya adalah istilah umum karena mencakup segalanya yang ada di masyarakat yang bersangkutan. Apakah itu nilai-nilai hidup atau bahkan norma-normanya hingga filosofi hidup yang dianut. Demikian halnya dengan pendidikan Islam. Perbedaannya adalah sumber yang diambil sebagai budaya. Adapun Islam mengambil budayanya bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits.
Mengingat kembali dua kisah di pendahuluan, atau bahkan mungkin tarikh sahabat-sahabat lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan, maka kiranya kita harus mengatakan bahwa pendidikan Islam sejak zaman diturunkannya Al-Qur’an adalah pendidikan regenerasi dan kaderasi. Jika Rasulullah memproyeksikan Zaid bin Tsabit untuk masa depan Islam dan memberikannya peran secara maksimal untuk Islam dan masyarakatnya bahkan setelah Rasulullah wafat, maka penunjukkan Usamah bin Zaid bin Haritsah adalah sebuah sinyalemen dan petunjuk dari beliau bahwa memang keberlangsungan budaya sebuah masyarakat (eksistensi Islam) tidak selamanya digantungkan pada generasi masyarakat yang sudah lanjut usia secara keseluruhan dan selayaknya generasi yang lebih muda diberikan peranan. Terlebih lagi ternyata penunjukkan Usamah sebagai panglima perang di saat menjelang wafatnya Rasulullah. Hingga Rasulullah bersikeras untuk yang satu ini, bahkan Khalifah Abu Bakr Ash Shidiq tetap melanjutkan misi Rasulullah ini setelah wafatnya beliau.
Sebagai penutup. Patutlah kiranya kira merenungkan bahwa apakah pendidikan (Islam) kita adalah pendidikan yang sebagaimana Rasulullah contohkan, atau mungkin hanya sekadar hampir menyerupai pendidikan Rasulullah.
Dus, pendidikan Islam adalah proses kaderisasi regenerasi. Kaderasi Regenerasi, karena sejatinya pendidikan adalah sebuah proyek besar keberlangsungan masyarakat dan pendidikan Islam adalah sebuah proyek keberlangsungan umat
.
Wallahu ‘alam bish showab
Batang, 16 Mei 2015
0 komentar:
Leave a Comment