KURIKULUM NABAWI (1): PROPHETIC QUANTUM TEACHING

Aktivitas Pendidikan di masyarakat akan dipengaruhi oleh dasar pemikiran dan falsafah yang berkembang di masyarakat tersebut. Apakah itu masyarakat dengan paham atheisme, liberalisme dsb. Begitu juga dengan pendidikan Islam. Pendidikan Islam tumbuh dan berkembang atas dasar pemikiran dan falsafah Islam yang ada sejak diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Kehidupan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dari segala aspek dan sisinya adalah percontohan ideal dan paling sempurna tiada tandingannya bagi Muslimin secara khusus dan seluruh manusia secara umum tidak terkecuali sisi kehidupan beliau dalam melakukan pendidikan dan pembinaan umat Islam. 
Melihat kembali kehidupan Rasulullah sebagai jalan mewujudkan pendidikan Islam yang baik tidak berarti pemikiran ini mengikuti aliran rekonstruksionisme dalam filsafat pendidikan yang merujuk kembali tatanan nilai dan norma yang sudah ada yang terbukti berhasil mewujudkan kehidupan yang baik dengan menatanya kembali tanpa menolak pembaharuan-pembaharuan yang ada, termasuk pemikiran progresivisme. Pemikiran pendidikan Islam yang saya maksudkan di sini juga tidak berarti dengan kita akan sepakat dengan aliran perenialisme yang menolak segala sesuatu bentuk pemikiran yang bersifat baru. Tapi, melihat kembali kehidupan Rasulullah sebagai sebuah acuan dalam menjalankan pendidikan adalah sebuah keharusan dan pemikiran Islam yang paling ideal serta sempurna dari pemikiran pendidikan Islam secara khusus dan pemikiran pendidikan secara umum yang pernah ada. 


PROPHETIC QUANTUM TEACHING 

Bagi kita yang menaruh perhatian pada pendidikan, Tentunya “Quantum Teaching” bukanlah suatu hal yang baru bahkan sudah menjadi satu pegangan khusus bagi kita dalam menjalankan pendidikan. Konsep pembelajaran dengan “Quantum Teaching” pertama kali ditemukan oleh Dr Georgi Lozanov, yang kemudian dikembangkan oleh muridnya yang bernama Bobbi de Porter. 
Quantum Teaching secara umum memiliki prinsip, ” Bawalah dunia mereka (pembelajar) kedalam dunia kita (pengajar), dan antarkan dunia kita (pengajar) ke dalam dunia mereka (pembelajar)” 
Kurikulum Nabawi, meskipun tidak secara jelas menyebutkan “Quantum Teaching”, jika diamati secara seksama akan kita dapatkan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah membawa prinsip Quantum Teaching ini secara praktis di dalam kehidupan. 

1. Rasulullah dan Hasan-Husein bin Ali radliyallahu’anhuma 
Ada sebuah kisah menarik antara Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dengan dua cucunya, Hasan dan Husein radliyallahu’anhuma. Selepas mengimami para sahabat melakukan shalat malam, Rasulullah kemudian bersabda kepada mereka, “"Sesungguhnya cucuku ini yakni Hasan naik ke atas punggungku dan aku tidak ingin mengusirnya sampai ia merasa puas." Saat itu, Rasulullah dengan sengaja membiarkan Hasan bermain-main di punggung beliau walaupun beliau dalam keadaan shalat. Terdapat riwayat-riwayat lain yang hampir serupa. 

2. Dua remaja di perang Badar 
Perang Badar di mana hari terjadinya disebut Allah sebut di dalam Al-Qur’an sebagai “yaum al-furqon” telah mencatatkan kisah teladan yang tidak lekang oleh zaman. Saat itu ada dua remaja muslim yang ikut andil dalam peperangan. Muadz bin Amr bin Jamuh (14 tahun) dan Muawwidz bin Afra’ (13 tahun), karena keduanya memiliki perawakan badan yang besar untuk ukuran anak remaja seusia mereka maka Rasulullah pun menerima mereka dalam bagian perang Badar. Keduanyalah yang menumbangkan Abu Jahal sebelum dibunuh oleh Abdullah bin Mas’ud radliyallahu’anhu. 
Lantas keduanya datang menjumpai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Masing-masing mengatakan, “Saya telah membunuh Abu Jahal, wahai Rasulullah!” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada mereka berdua sebagaimana yang terdapat di dalam riwayat Al Bukhari dan Muslim, “Apakah kalian telah menghapus (bercak darah yang menempel pada) pedang kalian?“ mereka berdua menjawab, “Belum.” Maka beliau melihat kedua pedang pahlawan cilik tersebut. Lantas beliau bersabda, “Kalian berdua telah membunuhnya.” 

3. Pemuda yang meminta izin melakukan zina 
Dari Abu Umamah telah berkata, Sesungguhnya pernah ada seorang pemuda yang datang kepada Nabi shallallahu `alaihi wa sallam mengatakan, “Wahai Rasulullah, ijinkanlah aku berzina.” Saat itu, orang-orang yang ada di situ membentaknya seraya mengatakan, “Mah, mah!(isyarat membentak)’ Sementara Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam menyuruh pemuda itu untuk mendekat. “Mendekatlah!” ajak beliau. Pemuda itu pun mendekat. Kemudian Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bertanya, “Sukakah engkau kalau hal ini terjadi pada ibumu?” “Tidak, demi Allah, aku sebagai jaminanmu” jawabnya. “Demikian pula halnya setiap manusia pasti tidak menyukai hal itu terjadi pada ibu-ibu mereka.” jelas Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam kepada pemuda itu. Kemudian beliau ajukan pertanyaan lagi, “Sukakah engkau jika hal itu terjadi pada anak perempuanmu?” Ia Jawab, “Tidak, demi Allah, Allah menjadikan diriku sebagai jaminanmu.” Beliau jelaskan lagi, “Demikian pula manusia tidak menyukai hal itu terjadi pada anak perempuan mereka.” Kemudian beliau tanya, “Sukakah engkau jika hal itu terjadi pada saudara perempuanmu?” Pemuda itu menjawab, “Tidak, demi Allah, Allah menjadikan aku sebagai jaminanmu.” Lalu beliau bersabda, “Tidak pula manusia menyukai hal itu terjadi pada saudara-saudara perempuan mereka.” “Sukakah engkau jika hal itu terjadi pada bibimu (ammah / saudara perempuan bapak)?” Tanya beliau kembali. Dijawabnya, “Tidak, demi Allah, Allah menjadikan aku sebagai jaminanmu” Kemudian Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam nyatakan, “Tidak pula manusia menyukai hal itu terjadi pada bibi mereka.” Beliau berikan lagi pertanyaan, “Sukakah engkau jika hal itu terjadi pada bibimu (khalah / saudara perempuan ibu)?” Jawab pemuda itu, “Tidak, demi Allah, Allah menjadikan aku sebagai jaminanmu.” Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam menuturkan, “Tidak pula manusia menyukai hal itu terjadi pada bibi (khalah) mereka.” Selanjutnya Abu Umamah menyatakan : ‘Maka Rasulullah meletakkan tangannya kepada pemuda itu seraya mengucapkan : “Ya Allah, ampunilah dosanya, bersihkanlah hatinya dan peliharalah kemaluannya.”’ 

 Tiga contoh dalam sirah Rasulullah di atas mengandung sebuah konsep pendidikan dan pembelajaran, khususnya Quantum Teaching. 
Pertama, Rasulullah mengajarkan kita tentang bagaimana mengajarkan anak usia sekolah dasar atau di bawahnya (dengan pengawasan). Anak dibiarkan berkembang dengan dunianya, bukan memberikan doktrin atau bahkan memaksakan kehendak orang tua kepada anaknya. Kedua; pembelaran pada anak usia remaja (sekolah menengah pertama) adalah dengan mengakui dan menghargai apa yang telah dilakukan oleh mereka. Mempertanyakan keikhlasan mereka dalam beramal tidaklah tepat karena usia remaja adalah usia di mana anak ingin memberikan partisipasi, sehingga patut dihargai. Ketiga; Ketika seorang anak telah tumbuh menjadi seorang pemuda, maka hendaknya pendekatan yang digunakan kepada mereka adalah pendekatan logika dengan dialog dengan tetap bersikap lemah lembut dengan memberikan kepercayaan dan dukungan kepada mereka bahwa mereka bisa melakukan sesuatu yang baik. Dari analisa dan kesimpulan ini, maka harus kita pahami bahwa memberikan doktrin dan dogma kepada anak dalam usia pertumbuhan dan perkembangan bukanlah hal yang tepat karena mendidik dengan menggunakan argumentasi kepada mereka justru menghalangi perkembangan logika mereka. 
Wallahu a’lam bishawab.

0 komentar:

Leave a Comment

Back to Home Back to Top Iqbaliano Van de Bard. Theme ligneous by pure-essence.net. Bloggerized by Chica Blogger.