Makkah masih dalam masa jahiliah. Penduduknya menyembah berhala yang
mereka buat sendiri. Sebagian berhala itu mereka buat dari batu,
sebagian yang lain mereka buat dari kayu. Ada juga sebagian berhala yang
mereka buat dari kurma, sehingga saat mereka merasa lapar berhala yang
terbuat dari kurma itu mereka makan.
Belum lagi kebiasaan mereka membunuh anak-anak perempuan mereka sendiri karena khawatir anak perempuan akan membuat mereka jatuh miskin lantaran menurut mereka anak perempuan tidak bisa dijadikan tumpuan keluarga. Apalagi diajak berperang. Itu baru dua. Belum lagi dengan keburukan-keburukan dan kejahatan-kejahatan yang lain.
Semua keburukan masyarakat Makkah itu mulai membuat seorang laki-laki merasa jengah. Pikirannya berkecamuk. Ia tahu bahkan ia paham bahwa yang dilakukan orang-orang sekitarnya adalah salah. Menurutnya, di dunia pasti ada ajaran yang benar. Seorang laki-laki ini bernama Zaid bin 'Amru rahimahullah.
--------------
Suatu ketika Zaid bin 'Amru melihat sekelompok orang yang menyembelih seekor domba dengan menyebut nama selain Allah Ta'ala. Zaid langsung berkata,
"Domba itu Allah lah yang menciptakannya. Agar domba itu dapat minum maka Allah turunkan hujan dari langit untuknya. Agar domba itu dapat makan maka di bumi Allah tumbuhkan rerumputan. Akan tetapi kalian menyembelih domba itu bukan atas nama-Nya."
Sebenarnya ada beberapa orang di dalam kota Makkah yang memiliki pemikiran yang sama dengan Zaid bin 'Amru, mereka adalah Waroqoh bin Naufal dan Utsman bin Haritsah. Suatu ketika Zaid bersama dengan keduanya duduk bersama dan Zaid berkata kepada keduanya,
"Kita harus pergi keluar Makkah dan mencari agama yang benar yang mentauhidkan Allah."
Mereka bertiga pun keluar menuju Syam yang merupakan bagian dari daerah kekuasaan Romawi. Waroqoh bin Naufal kembali dengan memeluk agama Nasrani, adapun kelanjutan kisahnya kemudian telah maklum kita ketahui melalui buku-buku Sirah Nabawi.
Dalam rangka menemukan agama yang benar, Zaid bin 'Amru bertemu dengan seorang pemuka agama Yahudi dan seorang pemuka agama Nasrani. Setelah terjadi dialog antara dia dengan Pemuka agama Yahudi, pemuka Yahudi itu kemudian berkata kepadanya,
"Yang kau cari itu adalah ajaran Ibrahim ('Alaihissalam), agama yang tidak menyembah kecuali kepada Allah saja."
Saat itu juga Zaid menghadapkan kepalanya ke langit dan menengadahkan kedua tangannya kemudian berkata,
"Ya Allah, aku bersaksi kepada-Mu, dan persaksikanlah bahwa aku berada di atas Millah Ibrahim."
Zaid bin 'Amru kemudian kembali ke Makkah. Di dalam Makkah di tengah-tengah orang-orang Quraisy Zaid berkata,
"Wahai sekalian Quraisy, sesungguhnya tidak ada di antara kalian yang mengikuti ajaran Ibrahim ('alaihissalam) selain aku."
Gara-gara ucapannya itu, dia dipukuli dan diusir Makkah tapi Zaid tetaplah orang Makkah yang tahu cara masuk kembali ke kota Makkah.
--------------
Zaid mengalami kebingungan. Dia memang mengikuti Millah Ibrahim tapi tetap saja tidak tahu cara beribadah kepada Allah Ta'ala. Karena jarak antara masa dirinya dan Nabi Ibrahim 'Alaihissalam terlampau jauh. Sedangkan Zaid hidup sendiri di tengah masyarakat penyembah berhala, di masa saat ajaran Nabi Musa dan Nabi Isa 'Alaihimassalam telah banyak dirubah. Dia pun kemudian berkata di dalam doanya,
"Ya Allah... Seandainya saja aku tahu cara beribadah kepada-Mu. Akan tetapi aku tidak mengetahuinya, ya Allah."
Zaid pun tersungkur sujud menangis menghadap ka'bah.
--------------
Zaid bin 'Amru kembali berada Syam. Di Syam dia bertemu kembali dengan pemuka Nasrani yang pernah ditemuinya. Pemuka Nasrani itu berkata memberikannya kabar bahwa seorang Nabi dari negeri Arab akan diutus dalam waktu dekat, Nabi tersebut adalah keturunan Ismail 'Alaihissalam.
Zaid pulang ke Makkah demi bertemu dengan Nabi yang dikabarkan. Hal yang menakjubkan adalah saat di Makkah dia bertemu Rasululloh yang saat itu belum menjadi Nabi. Zaid berkata kepada beliau,
"Aku menyelisihi agama kaumku. Aku mengikuti Ibrahim dan Ismail dan aku mengikuti Tuhan yang disembah oleh mereka berdua. Mereka berdua sholat menghadap ke kiblat ini. Sedangkan diriku sedang menunggui seorang keturunan Ismail yang akan diutus menjadi Nabi. Aku tak tahu lagi bagaimana aku dapat menemukannya. Siapapun orang yang nanti bertemu dengannya maka persaksikanlah bahwa aku bersaksi dia adalah seorang Nabi. Jikalah kau diberi umur panjang maka sampaikan salamku untuknya."
Pada suatu hari yang lain. Saat Zaid bin 'Amru berada di negri Syam. Lagi-lagi ia bertemu dengan pemuka Nasrani yang dahulu memberitahunya tentang kabar kenabian. Akan tetapi dia bertemu Zaid dengan kabar paling baru. Pemuka Nasrani itu memberitahunya bahwa Nabi yang ia cari telah muncul di kota Makkah.
Betapa bahagianya Zaid bin 'Amru. Dia bersegera kembali ke Makkah dan bertemu dengan Nabi yang ditunggu-tunggunya itu. Mengimaninya dan menjadi pengikut setianya.
Akan tetapi Allah punya kehendak lain tentang Zaid. Allah lah yang Maha Menentukan segalanya.
Di tengah perjalanannya menuju Makkah itu, dia dihadang oleh sekumpulan perampok yang mengambil hartanya bahkan nyawanya.
Sesaat Sebelum nyawa Zaid bin 'Amru terlepas dari jasadnya. Di saat darahnya mengalir deras sedangkan tubuhnya terbarig di atas pasir gurun. Ia hadapkan kedua matanya ke langit lalu berdoa,
"Ya Allah, jika memang kau tidak mengizinkanku mendapatkan kebaikan bertemu Nabi itu dan mengikutinya. Maka aku mohon janganlah Kau menghalangi putraku Sa'id mendapatkannya."
Allah mengabulkan doa Zaid, karena putranya yang bernama Sa'id bin Zaid bin 'Amru adalah orang yang bersegera beriman kepada Nabi. Di dalam salah satu sabdanya, Nabi menyebutkan bahwa Said bin Zaid bin 'Amru adalah salah satu di antara 10 orang yang dijamin masuk Surga.
---------------
Salah seorang sahabat bertanya kepada Nabi tentang Zaid bin 'Amru. Nabi pun,
"Aku melihatnya di hari kiamat, dia dibangkitkan seorang diri sebagai umat."
Subhanallah.
Belum lagi kebiasaan mereka membunuh anak-anak perempuan mereka sendiri karena khawatir anak perempuan akan membuat mereka jatuh miskin lantaran menurut mereka anak perempuan tidak bisa dijadikan tumpuan keluarga. Apalagi diajak berperang. Itu baru dua. Belum lagi dengan keburukan-keburukan dan kejahatan-kejahatan yang lain.
Semua keburukan masyarakat Makkah itu mulai membuat seorang laki-laki merasa jengah. Pikirannya berkecamuk. Ia tahu bahkan ia paham bahwa yang dilakukan orang-orang sekitarnya adalah salah. Menurutnya, di dunia pasti ada ajaran yang benar. Seorang laki-laki ini bernama Zaid bin 'Amru rahimahullah.
--------------
Suatu ketika Zaid bin 'Amru melihat sekelompok orang yang menyembelih seekor domba dengan menyebut nama selain Allah Ta'ala. Zaid langsung berkata,
"Domba itu Allah lah yang menciptakannya. Agar domba itu dapat minum maka Allah turunkan hujan dari langit untuknya. Agar domba itu dapat makan maka di bumi Allah tumbuhkan rerumputan. Akan tetapi kalian menyembelih domba itu bukan atas nama-Nya."
Sebenarnya ada beberapa orang di dalam kota Makkah yang memiliki pemikiran yang sama dengan Zaid bin 'Amru, mereka adalah Waroqoh bin Naufal dan Utsman bin Haritsah. Suatu ketika Zaid bersama dengan keduanya duduk bersama dan Zaid berkata kepada keduanya,
"Kita harus pergi keluar Makkah dan mencari agama yang benar yang mentauhidkan Allah."
Mereka bertiga pun keluar menuju Syam yang merupakan bagian dari daerah kekuasaan Romawi. Waroqoh bin Naufal kembali dengan memeluk agama Nasrani, adapun kelanjutan kisahnya kemudian telah maklum kita ketahui melalui buku-buku Sirah Nabawi.
Dalam rangka menemukan agama yang benar, Zaid bin 'Amru bertemu dengan seorang pemuka agama Yahudi dan seorang pemuka agama Nasrani. Setelah terjadi dialog antara dia dengan Pemuka agama Yahudi, pemuka Yahudi itu kemudian berkata kepadanya,
"Yang kau cari itu adalah ajaran Ibrahim ('Alaihissalam), agama yang tidak menyembah kecuali kepada Allah saja."
Saat itu juga Zaid menghadapkan kepalanya ke langit dan menengadahkan kedua tangannya kemudian berkata,
"Ya Allah, aku bersaksi kepada-Mu, dan persaksikanlah bahwa aku berada di atas Millah Ibrahim."
Zaid bin 'Amru kemudian kembali ke Makkah. Di dalam Makkah di tengah-tengah orang-orang Quraisy Zaid berkata,
"Wahai sekalian Quraisy, sesungguhnya tidak ada di antara kalian yang mengikuti ajaran Ibrahim ('alaihissalam) selain aku."
Gara-gara ucapannya itu, dia dipukuli dan diusir Makkah tapi Zaid tetaplah orang Makkah yang tahu cara masuk kembali ke kota Makkah.
--------------
Zaid mengalami kebingungan. Dia memang mengikuti Millah Ibrahim tapi tetap saja tidak tahu cara beribadah kepada Allah Ta'ala. Karena jarak antara masa dirinya dan Nabi Ibrahim 'Alaihissalam terlampau jauh. Sedangkan Zaid hidup sendiri di tengah masyarakat penyembah berhala, di masa saat ajaran Nabi Musa dan Nabi Isa 'Alaihimassalam telah banyak dirubah. Dia pun kemudian berkata di dalam doanya,
"Ya Allah... Seandainya saja aku tahu cara beribadah kepada-Mu. Akan tetapi aku tidak mengetahuinya, ya Allah."
Zaid pun tersungkur sujud menangis menghadap ka'bah.
--------------
Zaid bin 'Amru kembali berada Syam. Di Syam dia bertemu kembali dengan pemuka Nasrani yang pernah ditemuinya. Pemuka Nasrani itu berkata memberikannya kabar bahwa seorang Nabi dari negeri Arab akan diutus dalam waktu dekat, Nabi tersebut adalah keturunan Ismail 'Alaihissalam.
Zaid pulang ke Makkah demi bertemu dengan Nabi yang dikabarkan. Hal yang menakjubkan adalah saat di Makkah dia bertemu Rasululloh yang saat itu belum menjadi Nabi. Zaid berkata kepada beliau,
"Aku menyelisihi agama kaumku. Aku mengikuti Ibrahim dan Ismail dan aku mengikuti Tuhan yang disembah oleh mereka berdua. Mereka berdua sholat menghadap ke kiblat ini. Sedangkan diriku sedang menunggui seorang keturunan Ismail yang akan diutus menjadi Nabi. Aku tak tahu lagi bagaimana aku dapat menemukannya. Siapapun orang yang nanti bertemu dengannya maka persaksikanlah bahwa aku bersaksi dia adalah seorang Nabi. Jikalah kau diberi umur panjang maka sampaikan salamku untuknya."
Pada suatu hari yang lain. Saat Zaid bin 'Amru berada di negri Syam. Lagi-lagi ia bertemu dengan pemuka Nasrani yang dahulu memberitahunya tentang kabar kenabian. Akan tetapi dia bertemu Zaid dengan kabar paling baru. Pemuka Nasrani itu memberitahunya bahwa Nabi yang ia cari telah muncul di kota Makkah.
Betapa bahagianya Zaid bin 'Amru. Dia bersegera kembali ke Makkah dan bertemu dengan Nabi yang ditunggu-tunggunya itu. Mengimaninya dan menjadi pengikut setianya.
Akan tetapi Allah punya kehendak lain tentang Zaid. Allah lah yang Maha Menentukan segalanya.
Di tengah perjalanannya menuju Makkah itu, dia dihadang oleh sekumpulan perampok yang mengambil hartanya bahkan nyawanya.
Sesaat Sebelum nyawa Zaid bin 'Amru terlepas dari jasadnya. Di saat darahnya mengalir deras sedangkan tubuhnya terbarig di atas pasir gurun. Ia hadapkan kedua matanya ke langit lalu berdoa,
"Ya Allah, jika memang kau tidak mengizinkanku mendapatkan kebaikan bertemu Nabi itu dan mengikutinya. Maka aku mohon janganlah Kau menghalangi putraku Sa'id mendapatkannya."
Allah mengabulkan doa Zaid, karena putranya yang bernama Sa'id bin Zaid bin 'Amru adalah orang yang bersegera beriman kepada Nabi. Di dalam salah satu sabdanya, Nabi menyebutkan bahwa Said bin Zaid bin 'Amru adalah salah satu di antara 10 orang yang dijamin masuk Surga.
---------------
Salah seorang sahabat bertanya kepada Nabi tentang Zaid bin 'Amru. Nabi pun,
"Aku melihatnya di hari kiamat, dia dibangkitkan seorang diri sebagai umat."
Subhanallah.
0 komentar:
Leave a Comment